Nyantai di Pantai Mawun

Nyantai di pantai Mawun Lombok Tengah (dok.yunisura)

Minggu usai shalat Subuh, saya sudah masak buat sarapan. Menu yang tumben banget saya buat. Urap sayur. Saat sayuran sedang dikukus dan kelapa parut hendak dicampurkan ke bumbu urap, suami menghampiri. “Nanti makanannya dibawa,” katanya. “Loh, emang mau keluar?” Tanyaku. “Iya.” Jawabnya.

Dan pagi itu, kami sarapan di pantai Taman Labuhan Haji. Gelar tikar tepi pantai. Pantai ini jaraknya nggak sampai 10 menit dari rumah. Saking khusyuknya sarapan, kami nggak sempat foto.

Usai sarapan dan perut kenyang, tour de Lombok berlanjut. “Ausam maunya kemana?” tanya Baba. “Mandalika,” jawab Putraku yang duduk persis di sebelah Babanya yang fokus nyetir. Usai dikhitan, anak ini punya tempat duduk favorit baru saat naik mobil. “Iya, Mandalika nya kemana? Kan banyak tempat di Mandalika. Kuta? Seger? Yang Mana?” Tanya Baba pada Ausam yang membutuhkan detail tempat.

Memandang Mandalika dari atas tebing Siwa Cliff (dok.yunisura)

“Siwa Cliff,” jawab Ausam enteng. “Wow,” responku. Ini bocah emang tahu aja tempat healing yang keren di Mandalika. Tapi nggak cuma asyik, kudu merogoh kocek agak dalam kalau ke sini mah. Ini tempat nongkrongnya bule-bule. Sekali ngopi di sini harganya mirip uang belanja 3 hari. Jiwa hematku memberontak.

Nyemil di Siwa Cliff Lombok Tengah (dok. Yunisura)

Dan akhirnya kami nongkrong di Siwa Cliff. Bareng bule-bule. Baba ngopi. Ausam nge-jus. Mama entah minum apa itu namanya aneh. Berasa nggak di Indonesia. By the way, progress Mandalika emang keren sih. Banyak kemajuan banget setelah pagelaran MotoGP Maret lalu. Turis mancanegara udah banyak yang seliweran di jalanan Mandalika. Sudah normal seperti sebelum pandemi. Sebentar-sebentar lihat bule yang naik motor bawa papan surfing. Sepertinya mereka sangat menikmati naik motor di sini.

Suasana siang di Pantai Mawun Lombok Tengah (dok.yunisura)

Setelah puas menikmati kawasan Mandalika dari tebing nan tinggi di Siwa, dan foto-foto tentunya, akhirnya kami undur diri. Pengunjung mulai ramai di sana saat kami keluar. Mungkin karena jam makan siang juga. Di gang jalan keluar, kami diskusi mau kemana setelah ini. “Mama pengen ke Pantai Mawun. Dulu kan pas ke Mawun sore, air lautnya nggak cetar. Mama pengen lihat Pantai Mawun pas siang Ba, please,” rayuku. “Nggak ah, jalannya kan nanjak,” tukas Baba. “Nggak Ba. Lagian deket kok dari Siwa. Nggak sampai berkilo-kilo,” rayuku lagi.

Berayun di Mawun (dok.yunisura)

Akhirnya, 4 September 2022 kami bisa menikmati pesona Pantai Mawun sepuasnya. Sebab dulu, saat kami mengunjungi Pantai Mawun hari sudah senja. Sinar mentari tak lagi memantulkan gemerlap riak ombak di pantai. Warna airnya pun kurang cetar membahana. Hehehe. Pantai yang berada di Desa Mawun Kecamatan Pujut Lombok Tengah ini punya pesona warna air laut dan pasir putih pantai yang sangat memukau. Benar-benar amazing. Sesuatu banget pokoknya.

Leyeh-leyeh di Pantai Mawun Lombok Tengah (dok.yunisura)

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam dengan begitu indah memukau. Kami pun duduk di kursi malas. Menikmati hembusan semilir angin laut yang lembut. Rebahan ditemani nyanyian deburan ombak di tepi pantai memang menenangkan. Nggak cuma kami yang leyeh-leyeh begini. Para bule juga sama. Ada yang duduk di kursi malas berpayung seperti kami, ada juga dengan bikininya berjemur di pantai. Inilah yang namanya nyantai di pantai. MasyaAllah Tabarakallah. Alhamdulillah.

Mop mie di pantai Mawun

Untuk masuk ke pantai Mawun Lombok Tengah ini, kalian dikenakan biaya 10 ribu rupiah untuk mobil. Parkir di pantai sudah nggak diminta lagi. Di pantai juga banyak warung yang menyediakan makanan dan minuman. Kalau mau hemat ya pop mie. Cuma 10 ribu. Hahaha ngiklan. Yang jelas bekal urap yang dibikin Subuh tadi masih ada. Keren kan, makan urap di Mawun. Ini bukan sembarang urap. Resepnya turun temurun dari Mamah di Karawang yang sudah diakui kelezatannya. Wkwkwkkw!

Di pantai ini ada juga anak-anak yang berjualan gelang. Kami biasanya nggak beli gelang mereka, tapi kami minta mereka untuk memfoto kami sekeluarga. Usai memfoto, biasanya kami beri mereka upah jasa moto. Bisa buat uang saku sekolah mereka lah. Anak-anak ini gayanya akrab banget sama turis. Bule-bule aja disamperin dan diajak ngobrol. Percaya diri banget mereka. Semoga kelak anak-anak ini yang memajukan daerahnya sendiri yang telah dikaruniai Tuhan keindahan pantai yang luar biasa.

About Blognya Nita

An ordinary women who concern about women, children, social life and family.

Posted on 5 September 2022, in jalan-jalan, jelajah lombok, seputar Lombok, Uncategorized and tagged , , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment