Bakar Bandeng di Bulumanis Pati

bandeng dibakar dengan cara manual dan alami tanpa ditambahi bumbu (dok. yunisura)

bandeng dibakar dengan cara manual dan alami tanpa ditambahi bumbu (dok. yunisura)

Bulumanis adalah sebuah desa di kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Di sana bisa ditemukan banyak tambak. Salah satunya tambak bendeng. Waktu kami sedang liburan di Pati, Bapak mertuaku mengajak kami jalan-jalan ke sana. Kami diundang panen bandeng sekaligus bakar-bakar ikannya langsung di tambak. Kebayang kan nikmatnya kayak apa.
Di tambak ada sebuah gubuk dai daun rumbia sebagai tempat kami berteduh. Setelah menempuh perjalanan yang bikin semua badan kami bergoyang, akhirnya sampai juga di tambak yang terletak tidak jauh dari pantai utara.

Kami benar-benar menikmati suasananya. Bapak mengajak semua anak, menantu dan cucu, jadi lengkap sekali kebahagian kami. Kecamatan Margoyoso adalah sebuah kecamatan yang bisa disebut juga sebagai kampung santrinya Pati. Di sana ada banyak pondok pesantren. Di sinilah tempat tinggal ketua MUI Mbah KH. Sahal Mahfudz. Beliau menjabat sebagai ketua MUI mulai tahun 2000 hingga saat ini. Meskipun beliau adalah ketua MUI, beliau tetap tinggal di Kajen Pati.

Mbah Kung dan cucunya menatap tambak bandeng di Bulumanis Pati (dok. yunisura)

Mbah Kung dan cucunya menatap tambak bandeng di Bulumanis Pati (dok. yunisura)

Kembali ke bandeng. setelah sampai di tambak, seperti biasa saya dan suami saya langsung jeprat jepret. Pertama-tama mengambil gambar Mbah Kakung nya Fayad yang sedang melihat-lihat tambak. Setelah itu Mbah Kung dan cucu-cucunya pun berjalanan mengelilingi tambak yang cukup luas itu.

berkeliling tambak (dok. yunisura)

berkeliling tambak (dok. yunisura)

Setelah mengamati tambak tibalah saatnya kami menjaring si bandeng.

bandeng-bandeng jang terjerat jala sedang dikumpulkan (dok. yunisura)

bandeng-bandeng jang terjerat jala sedang dikumpulkan (dok. yunisura)

Beberapa petani pun diturunkan untuk melempar jala. Beberapa saat kemudian, bandeng-bandeng itu mulai menggeliat dan jumlahnya haduh, gemes deh. Sayang saya nggak bisa turun ikut ngambil bandeng-bandeng cantik itu.
Setelah tersangkut jala, para petani itu mengumpulkan ikan dan membakarnya secara alami dengan bara yang sudah dibuat. Dan cesss…cess.cess…satu per satu bandeng-bandeng cantik itu sudah ada di atas bara.
Rasa bandeng yang memang langsung diambil dari tambaknya memang beda. Teksturnya lembut dan rasanya gurih manis dan segar. Hmmm ….. nyam-nyam deh pokoknya. Dan yang penting, si duri-duri itu gampang sekali dihilangkan dari dagingnya. Saking nikmatnya saya nggak tahu sudah mengambil berapa ekor ya? Ditambah dengan sambel kecap khas pati yang nikmat kental bercampur dengan segarnya cabe rawit dan tomat, semakin menambah nikmat rasa bandeng bakar itu. Haduh, kapan lagi ya menikmati suasana kaya gitu.
Setelah kenyang menyantap bandeng di tengah-tengah tambak bandeng yang luas, sajian es kopyor yang segar mengguyur tenggorokan dan datanglah kesejukkan. Hmmm, ada yang mau nyoba?

About Blognya Nita

An ordinary women who concern about women, children, social life and family.

Posted on 12 October 2013, in jalan-jalan, Uncategorized and tagged , , , . Bookmark the permalink. Leave a comment.

Leave a comment