Blog Archives

Liburan Tahun Baru 1442 H di Gili Maringkik Lombok Timur

menumpang kapal nelayan bersama ibu-ibu yang pulang menjual ikan di Tanjung Luar (dok.yunisura)

Maringkik adalah nama sebuah pulau kecil di dekat Pelabuhan Tanjung Luar Kecamatan Keruak Lombok Timur. Untuk menuju gili itu, kita harus menumpang kapal-kapal nelayan milik penduduk asli Gili Maringkik. Atau sewa kapal sendiri. Banyaknya kapal-kapal nelayan yang lalu lalang, membuat angkutan kapal yang biasa beroperasi pulang pergi mengantar penumpang dari Gili Maringkik-Tanjung Luar dan Tanjung Luar-Maringkik selama sehari penuh, hanya beroperasi sekali saja. Hanya pagi. Siang sudah tidak ada kapal.

Libur 1 Muharram 1442 H, kami manfaatkan untuk mengunjungi Gili Maringkik. Penasaran. Kami menuju Pelabuhan Tanjung Luar. 30 menit dari Selong. Pusat penjualan ikan-ikan segar milik nelayan-nelayan di Lombok. Berbagai jenis ikan dan hasil laut ada di sana. Bisa nemu ikan berukuran jumbo di pasar ikan ini. Segede lemari. Selain itu ada cumi-cumi, kerapu, kakap, tenggiri, baronang, kerang, marlin, hingga lobster dan masih banyak lagi. Saat kami tiba di sana, pasar masih ramai. Dari Pelabuhan Tanjung Luar ini juga, biasanya turis-turis yang mau wisata ke Gili Bembek dan Gili Pasir berangkat naik kapal.

Lobster Mutiara Lombok Timur (dok.Yunisura)

Kami menumpang sebuah kapal jukung menuju Gili Maringkik. Kapalnya kecil dan hanya punya satu tangan. Pemilik kapal ini adalah nelayan yang akan pulang ke Maringkik setelah menjual hasil tangkapannya di pasar ikan Tanjung Luar. Nelayan ini biasa menankap ikan jam 3 dini hari. Paginya ia menuju ke pasar. Kami bersama beberapa ibu lain menumpang kapal ini. Para ibu tampak membawa ember-ember. Sepertinya bekas wadah ikan yang mereka jual di pasar ikan.

Dari Tanjung Luar menuju Gili Maringkik membutuhkan waktu sekitar kurang 30 menit. Air laut saat itu sangat tenang. Hampir tidak ada gelombang. Gunung Rinjani tampak samar-samar dilihat dari tengah laut.

Sampai di Gili, si pemilik kapal mengantar kami ke rumahnya. Mereka memberitahu kami kalau nanti akan pulang, biar diantar oleh kapalnya. Karena kapal penumpang sudah tidak beroperasi lagi. Baik sekali nelayan ini, batinku. Saat menuju ke rumahnya yang hanya sekitar 10 meter dari bibir pantai, kami ditunjukkan Kantor Desa Maringkik. Kami melihat ada kambing-kambing. Tubuhnya kurus. Di Gili Maringkik tak kami temukan rumput tumbuh. Kambing-kambing itu hanya makan sisa-sisa makanan yang tercecer di halaman rumah. Kambing-kambing itu berjalan mencari makan sampai tei pantai. Apa saja dia makan, termasuk sampah. Kasihan. Bonggol jagung dimakan. Kertas dimakan. Dan yang ditakutkan, sampah bungkus makanan juga dimakan.

main air di Gili Maringkik Lombok Timur

Kami main air di tepi pantai Gili Maringkik. Air laut yang biru kehijauan tampak indah dipandang mata. Sayang, kondisi pantai dikotori oleh sampah. Andaikan sampah-sampah ini dibesingkirkan, betapa cantiknya tepian Gili Maringkik.

Gili Maringkik dihuni oleh satu penduduk desa. Tidak pasti berapa jumlah penduduk di desa ini. Yang pasti, di Gili ini sudah berdiri SD, SMP. Pondok Pesantren juga ada. Hanya SMA yang tidak ada. Ausam main-main air di tepi pantai. Ditemani Baba. Mama asyik membaca buku di batuan karang tepi pantai sambil sesekali memperhatikan Ausam.

Setelah puas bermain air, saatnya pulang. Ternyata di pantai ada kapal yang sudah siap hendak berangkat menuju Tanjung Luar, akhirnya kami menumpang kapal itu. Tidak jadi naik kapal yang pertama mengantar kami. Dalam perjalanan menuju Tanjung Luar, sesekali kami melihat sampah-sampah yang dibuang ke laut. Sedih rasanya laut dijadikan tempat pembuangan sampah. Padahal air laut yang kami lihat sangat jernih hingga terumbu-terumbu karang di bawahnya tampak dari atas kapal.

Kami memberi uang tips untuk pemilik kapal yang mengantar kami. Mereka senang sekali. Aslinya mereka hanya ingin membantu kami menyeberang. Tidak mematok uang bayaran. Tapi kami sangat berterima kasih atas kebaikannya menyeberangkan kami kembali ke Tanjung Luar. Alhamdulillah, saat kami melihat-lihat pasa ikan, ada lobster mutiara yang besar belum terjual. Kami pun membelinya. Harganya 160 ribu sekilo. Ukurannya besar sekali. Termasuk dapat harga murah. Maklum, Lombok itu pusatnya pembudidayaan Lobster.

Alhadulillah, liburan tahun baru Islam 1442 Hijriah kali ini sangat berkesan.